Oleh, Dieny Spencer
Tulisan ini adalah intisari dari e-mail mama yang gue terima berkaitan dengan kelanjutan sekolahku. E-mailnya panjang banget, dan da yg perlu di edit (sssseeettttt.... marah2nya perlu dihapus!):
Lulus tahun ini? Pusing mencari Sekolah baru?. Wajar tentunya, seperti juga terjadi pada banyak siswa yang lain.
Pada jaman ini akan dianggap sangat ketinggalan apabila tidak menempuh jalur Pendidikan formal. Di sisi lain, orang-orang yang sudah selesai menempuh semua jenjang Pendidikan tersebut tidak jarang yang mengalami kesulitan menentukan langkah berikutnya dalam mengarungi hidup. Taruhlah mereka yang menempuh Pendidikan di lembaga-lembaga favorit, mulai dari TK sampe Perguruan Tinggi serba favorit, dengan biaya Pendidikan selangit. Apakah menjadi sebuah jaminan bahwa mereka ini akan mampu menempuh hidup selanjutnya dengan lebih mudah? Jawabannya tentu sangat jelas tegas: "bukan jaminan". Bila demikian halnya lalu apa sebenarnya Pendidikan itu?.
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini, siswa yang berada di kelas VI SD, kelas IX SMP dan kelas XII SMA pada berlomba mencari Sekolah yang benar-benar terfavorit. Disamping dianggap mengangkat prestise (gengsi) mereka juga beranggapan sebagai jaminan untuk menjadi orang pandai, dan sukses. Waduuuh.... pandai...? sukses...?
Sekilas kita lihat kondisi sekolah-sekolah favorit tersebut, seperti apa wujudnya?
Sekolah favorit yang berupa RSBI/SBI, Unggulan, Akselerasi dan berbagai embel-embel "gelar kehormatan" lainnya selalu identik dengan biaya mahal dan jam belajar sangat panjang plus tugas-tugas bertumpuk..
Ok, kita sepakat bahwa untuk mendapatkan sesuatu dengan kualitas yang baik memerlukan pengorbanan, di dunia ini tidak ada yang gratis. Lalu bagaimana dengan kondisi pembelajaran pada sekolah-sekolah favorit itu?
Pada umumnya sekolah favorit menentukan jam belajar yang sangat panjang, mulai dari pagi sampai sore hari. Siswa dicekoki dengan berbagai materi dari guru-guru, setelah itu dilanjutkan dengan pemberian tugas-tugas yang harus diselesaikan di rumah pada malam hari. Hebat? cepat pintar?
Pepatah tradisional mengatakan bahwa "setumpul-tumpulnya pisau apabila diasah terusi maka akhirnya akan tajam juga". Oleh karena itu seorang anak harus diasah terus otaknya agar menjadi tajam (pandai). Sepakat!
Tapi satu hal yang juga perlu diingat bahwa pisau yang diasah terus menerus akan berakibat pisau itu akan semakin kecil, semakin tipis dan mudah patah. Lebih jelas lagi pada mesin (apa saja), apabila dijalankan terus tanpa henti dalam waktu yang lama, usia mesin itu tidak akan awet, mudah aus lalu rusak. Kita harus sadari bahwa mesin memiliki keterbatasan. Perlu diperlakukan secara arif apabila ingin awet. Beda pisau, beda mesin dan beda otak manusia. Tapi tentu ada kesamaannya juga, yaitu sama-sama mudah rusak. Otak memerlukan pendidikan yang memperlakukan otak itu secara arif. Pendidikan yang memperlakukan otak secara arif. Maksudnya?
Tiap anak tentu memiliki minat, bakat dan kemampuan sangat beragam, sedangkan kita tahu pendidikan kita, khususnya pada tingkat menengah atas (SMA), hanya mengenal tiga jurusan: IPA, IPS dan Bahasa. Tidak ada spesialisasi yang lebih rinci. Dari pagi sampai sore disekolah tentu hanya bergelut dengan ilmu-ilmu itu, pada kurikulum yang sudah ditentukan dengan harga mati dari pemerintah dan sekolah. Ibarat hewan sudah ada "tali kekang" yang digunakan untuk mengarahkan hewan tersebut. Kondisi ini diperparah dengan tugas-tugas dari guru yang seabrek. Al hasil dalam sehari-semalam hanya bisa berfikir sesuai dengan "tali kekang" yang telah ditentukan, tidak sempat mengembangkan pemikiran sendiri. Di sini letak permasalahannya. Kondisi ini tentunya akan mencetak anak yang mampu berfikir seperti komputer. Bisa berfikir hanya apabila sudah dimasukkan program di dalamnya, dan kita tahu sangat rawan virus. Mengkondisikan anak sedemikian rupa agar selalu berfikir nonstop dalam batasan "tali kekang" yang sudah mutlak ditentukan.
Tiga Karakter Anak
1. Anak yang memiliki kemampuan tinggi, disamping perlu belajar sendiri juga bisa mencerna pelajaran dengan jalan belajar sendiri, membaca sendiri dan menggali ilmu dengan caranya sendiri. Anak semacam ini tentunya tidak tepat apabila ditempatkan pada sekolah-sekolah favorit. Karena di sekolah-sekolah semacam ini disamping jam sekolahnya sangat panjang juga masih di tambah dengan beba tugas tambahan dari masing-masing guru. Anak cerdas yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk belajar sendiri akan sangat terhambat kemampuannya apabila masuk pada sekolah-sekolah terfavorit.
2. Anak yang memiliki kemampuan tinggi akan tetapi tidak memiliki kemampuan/kemauan untuk belajar sendiri sebelum diterangkan guru. Anak dengan karakter ini tentunya memerlukan bimbingan terus menerus, dengan tepat dan profesional agar kemampuan tinggi yang dimiliki bisa berkembang dengan baik
3. Anak yang memiliki kemampuan cukup/rendah. Sebenarnya paling tepat adalah memasukkan ke sekolah-sekolah favorit, akan tetapi pada kenyataannya akan sangat sulit diterima oleh karena tinggi dan ketatnya tingkat persaingan untuk masuk sekolah tersebut. Oleh karena itu sebagai solusi adalah mencarikan tempat terbaik sesuai dengan kemampuan anak tersebut.
Bertolak dari karakter anak itu sendiri, bisa ditentukan sekolah-sekolah mana anak akan masuk sekolah. Bagi anak dengan karakter nomor 1, tentunya sangatlah tepat apabila dimasukkan ke sekolah-sekolah dengan standard minimum tapi menjunjung tinggi moralitas. Lembaga pendidikan Islam adalah tempat yang sangat tepat untuk anak dengan karakter ini. Terutama karena pada umumnya pada Lembaga pendidikan Islam sangat menjaga masalah moral. Anak dengan karakter nomer 1 ini yang paling harus dibina adalah "lurusnya moral". Masalah peningkatan tingkat keilmuan tidak terlalu masalah, nota bene terdapat fasilitas yang memadai. Kurang bijaksana apabila anak dengan karakter ini dimasukkan ke sekolah sekolah terfavorit.
Sekolah terfavorit, seperti SMA Negeri 1 Jember, SMA Negeri 2 Jember , MAN 1 Jember, SMA Negeri 4 Jember atau sekolah sekolah unggulan lainnya, sangatlah cocok bagi anak yang memiliki karakter nomer 2, memiliki kecerddasan tinggi akan tetapi masiih kesulitan belajar tanpa bimbingan guru.
Bagi anak dengan karakter nomer 3, yakni anak yang tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja dan tidak memiliki kemampuan untuk belajar sendiri tanpa bimbingan guru, tentunya orang tua harus benar-benar hati-hati, karena pada umumnya sekolah favorit tidak bisa dimasuki sedangkan sekolah non favorit tidak mendukung peningkatan kemampuan anak dengan karakter ini. Solusinya adalah dengan memberikan pelajaran tambahan melalui bimbel-bimbel yg berkualitas baik.
Demikianlah tulisan ini dan akhirnya "...wallahu a'lam..."
No comments:
Post a Comment