Sunday, June 5, 2011

Di Ujung Akhir Persinggahan (Menjelang Kematian)

oleh Dieny Spencer


Wejangan Guru:

Ibarat perjalanan panjang, kehidupan di dunia ini adalah sekedar tempat persinggahan sebentar. Singgah pada sebuah terminal, melepas lelah sambil menunggu keberangkatan kendaraan, yang bisa setiap saat tiba-tiba berangkat mendadak, untuk kemudian melanjutkan lagi perjalanan panjang. 

Sungguh tidak bijaksana apabila pada saat kita singgah sebentar, lantas seluruh bekal kita habiskan di terminal itu. Padahal perjalanan yang masih harus kita tempuh amat sangat panjang. Kita akan makin kesulitan menempuh perjalanan  selanjutnya. 

Persinggahan kita di terminal kehidupan dunia ini, seharusnya kita gunakan untuk melepas lelah sebentar, makan minum sekedarnya. Sekaligus menjaga bekal kita agar bisa cukup sampai tempat tujuan akhir.

Di terminal dunia fana ini, kita mulai memilih kendaraan untuk perjalanan berikutnya, menghitung bekal kita cukup apa tidak dengan menggunakan kendaraan itu. Makin nikmat fasilitas kendaraan, tentu makin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. Sukur-sukur apabila kita bisa menggunakan kendaraan pribadi yang bagus, dengan bahan bakar cukup dan bekal lain juga banyak. Tentu hanya orang kaya yang bisa demikian, orang kaya iman dan amal sholeh.

Sungguh kita benar-benar lupa diri, apabila ketika kita beristirahat sebentar di terminal, kita merasa akan kekal abadi, merasa bahwa terminal itulah tujuan akhir perjalanan kita, kita melupakan bahwa kita masih dalam perjalanan panjang. Betapa kita sangat merugi. Perjalanan ini masih sangat panjang...

Bekal kita mengarungi perjalanan panjang, dari alam rahim ke dunia, dilanjutkan ke alam barzah sampai ke surga atau neraka, bekal yang bisa dibawa hanyalah iman dan amal sholeh. Bukan bekal harta berlimpah. 
Tidak jarang kita menunda berbuat amal sholeh padahal kendaraan yang akan membawa kita melanjutkan perjalanan akan segera berangkat.

Hanya penyesalan tiada arti apabila kita habiskan bekal kita saat beristirahat sebentar di terminal, karena pada kelanjutan perjalanan kita tidak akan bisa memilih kendaraan terbaik, atau bahkan harus tertatih berjalan kaki di bawah terik matahari, di bawah guyuran hujan dan terpaan angin badai. Betapa sengsara perjalanan kita bila demikian.

Belum lagi setelah kita tiba ditempat tujuan, tentu badan sudah remuk redam, sakit semua. Itupun kalau sampai ke tempat tujuan dengan benar. Tidak mustahil kita justru akan kesasar masuk jurang kesengsaraan, neraka.

Bukanlah ketidak adilan apabila orang yang memiliki bekal banyak bisa melanjutkan perjalanan dengan kendaraan super cepat, super aman, super nikmat dan super-super lainnya, dan bukan pula kedholiman apabila orang yang telah berfoya-foya di terminal, menghabiskan seluruh bekalnya, kemudian harus menyusuri perjalanan panjang dengan penuh kesengsaraan  tanpa bekal apapun.

Betapa malang, apabila sepanjang perjalanan kita tanpa bekal, harus mengemis, mengharap belas kasihan orang, yang bermakna kita senantiasa mengharap sambung doa dari orang lain karena bekal kita sudah habis diterminal tadi.  Tidak terbayangkan kesengsaraan demi kesengsaraan yang harus kita jalani selama kita menyusuri jalan panjang,

Demikianlah guru mengingatkan aku dan teman-teman tentang kehidupan fana ini.
Bertolak dari wejangan guru di atas, "KISAH YANG MUNGKIN NYATA" ini dimulai.

Ceritanya begini 



Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba di rumah langsung duduk bersantai sambil melepas penat. Sepertinya saya sangat enggan untuk membersihkan diri dan langsung shalat.

Sementara anak2 & istri sedang berkumpul di ruang tengah. Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi2 yang menghembus tepat di muka saya.

Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya berjubah putih dengan tongkat ditangannya tiba2 sudah berdiri di depanku.

Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba2 itu. Sebelum sempat bertanya.... .siapa dia...tiba2 saya merasa dada saya sesak... sulit untuk bernafas....
namun saya berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.

Yang saya rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku...... terus berjalan.... . kekerongkonganku. ...sakittttttttt ........sakit. ..... rasanya. Keluar airmataku menahan rasa sakitnya,... . Oh Tuhan ! ada apa dengan diriku.....

Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, benda tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku...
kkhh........ .khhhh... .. kerongkonganku berbunyi. Sakit rasanya, amat teramat sakit

Seolah tak mampu aku menahan benda tadi... Badanku gemetar... peluh keringat mengucur deras.... mataku terbelalak.. ...air mataku seolah tak berhenti.

Tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah benda itu meninggalkan aku. Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu...pergi. ..berlalu begitu saja....hilang dari pandangan.

Namun setelah itu......... aku merasa aku jauh lebih Ringan, sehat, segar, cerah... tidak seperti biasanya.

Aku herann... istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah, tiba2 terkejut berhamburan ke arahku.. Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat di bawah sofa yang kududuki tadi. Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????.. . Mengapa anak2 & istriku memeluknya ! sambil menangis... mereka menjerit...histeris ...terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi...

Siapa dia......... ....????? ???

Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.. .. dia........dia. ......dia mirip dengan aku....ada apa ini Tuhan...???? ????

Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu..... Aku mencoba merangkul anak2 ku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku.

Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini.. Aku mulai berteriak... ..tapi mereka seolah tak mendengarkan aku seolah mereka tak melihatku...

Dan mereka terus-menerus menangis.... aku sadar..aku sadar bahwa sosok misterius tadi telah membawa rohku Aku telah mati...aku telah mati.

Aku telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis.... berteriak. .....

Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku. Aku sangat sedih.. selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan ! untuk membimbing mereka.

Tapi waktuku telah habis....... masaku telah terlewati... . aku sudah tutup usia pada saat aku terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja.
Sungguh jika aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, beribadah, untuk keluarga dll.
Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan belum ibadah.

Ohh Tuhan, Jika kau ijinkan keadaanku masih hidup dan masih bisa membaca E-mail ini sungguh aku amat sangat bahagia. 
Karena aku masih mempunyai waktu untuk bersimpuh, mengakui segala dosa & berbuat kebaikan sehingga bila maut menjemputku kelak aku telah berada pada keadaan yang lebih siap.
semoga bisa menjadi renungan kita semua.

Wallahu a'lam...

No comments:

Post a Comment