Friday, April 29, 2011

Presiden Bank vs Nenek Dedengkot Judi

Judiwati, demikianlah nama nenek tua itu. Berperawakan kecil alias imut.
Pada suatu hari masuk di sebuah bank terkenal.
Di loket penyetoran dia ngotot ogah dilayani hanya oleh petugas setingkat manajer.
“Aku harus ketemu dengan Presiden  Bank ini. Soalnya aku bawa duit banyak banget,” dia bilang.
Telanjur pasang motto: pelanggan adalah raja, maka pegawai  Bank itu pun mengantarkan nenek tua Judiwati ke ruang kerja bosnya.
Begitu buka pintu ruang kerja bos, kontan dia disemprot: "Hah! Kamu manajer pikun, ya..., kan sudah aku bilang seminggu ini tak bisa terima tamu.."
"Tapi bos..., ini nasabah baru klas kakap," jawab manajernya, sambil menggandeng nenek tua Judiwati.

Seminggu belakangan presiden bank itu memang sedang mumet gara-gara ada anak buahnya menilap duit ratusan nasabah kakap. Tapi melihat sosok nenek tua Judiwati yang sudah cukup uzur, dia tak tega menolaknya.
"Okay, silakan duduk, nyonya," katanya, lalu menanyakan berapa sih uang yang bakal didepositokan?
“US$ 500.000,” jawab nenek, sembari menaruh tas berisi gepokan dolar di meja si bos.
Untuk mengusir kegalauan pikirannya, si bos menabrak pakemnya orang bank: tabu menanyakan asal-usul duit yang disetor nasabah.


“Nyonya, saya kagum sekali anda datang sendiri bawa duit segini banyak. Tapi, ngomong-ngomong boleh tau dong, ini duit anda dapat dari mana, sih?”
“Ini hasil aku menang taruhan,” jawab nenek Judiwati.
“Oh, ya!? Taruhan apa sih?” tanya presiden bank itu lagi.
”Yaaa, gampang. Mau contoh?" jawab nenek. "Sekarang saja aku bisa menang taruhan dengan anda."

Dapat tantangan ganjil dari nenek-nenek, presiden bank itu merasa terhibur juga.
Sudah seminggu dia tak bisa ketawa, lalu dia lanjutkan bertanya: "Taruhan apa yang nyonya maksud?"
"Ya, taruhan duit dong, Tuan Presiden," sahut si Oma. "Aku pasang US$ 50.000,- bahwa tuan punya puser bodong itu persegi....”
“Ha-ha-ha ...!” presiden bank itu terbahak. “Itu jelas taruhan tolol, anda nanti pasti kalah, nyonya!”
Nenek itu cepat menimpali: “Jadi, Tuan Presiden berani taruhan soal bodong persegi itu?”
”Oke!” sambut si bos, “Saya terima taruhan US$ 50.000 bahwa puserku bulat dan tidaklah persegi...”
Nenek itu lalu bilang: “Setuju! Tapi karena taruhan ini melibatkan uang sangat besar, kita perlu saksi. Boleh aku bawa pengacara besok pagi jam 10?”
 ”No problem. Silakan, silakan!” sahut si bos bank dengan nada percaya diri.

Namun malam harinya tak urung presiden bank itu sempat limbung juga.
Di kamar mandi lama dia mematut-matut puser bodongnya dengan cermin kecil yang pakai kaca pembesar.  Beberapa kali pusernya dielus bolak-balik.
“Ah, bulat kok. Sinting tuh nenek, kok dia bilang puser gua persegi sih?” dia bergumam,
“Belon tau dia. Ini kali dia bisa kalah taruhan.”

Besok paginya, tet jam 10.00 si nenek imut bersama  Pengacaranya sudah di ruang kerja presiden bank itu. Sambil memperkenalkan pengacaranya, si nenek mengulangi lagi soal taruhan itu: “US$ 50.000,- aku bilang bodong Tuan Presiden itu persegi.”

Setelah presiden bank itu menyatakan setuju taruhan itu, maka nenek Judiwati pun minta si bos memperlihatkan pusernya agar semua mata dapat menyaksikan apa adanya...

Presiden bank itu pun membuka kancing kemejanya. Oma lalu mengamati dari dekat keadaan bodong si bos, dan permisi untuk merabanya.
Well, okay,” kata presiden bank itu. “Saya paham ini menyangkut taruhan besar, jadi nyonya memang harus yakin betul.”

Hasilnya, nenek Judiwati kalah. Si presiden bank pun meraup gepokan US$ 50.000,- yang diletakkan nenek Judiwati di mejanya. Cuma kemudian dia heran melihat ulah si  Pengacara yang tiba-tiba membentur-benturkan kepala ke dinding.

Presiden bank itu bertanya pada nenek Judiwati: “ Pengacara anda kok jadi begitu kelakuannya?”
“Maklum! Dia baru saja kalah taruhan dengan aku US$ 250.000, kalau jam 10:10 hari ini aku bisa pegang puser Presiden Bank yang sangat terkenal ini....,” jawab si nenek kampiun judi tenang.

No comments:

Post a Comment