oleh Dieny Spencer
Masih ingat lagu yang sering kita nyanyikan jaman masih TK dulu?
Balonku ada lima
rupa-rupa warnanya.
Hijau kuning kelabu
Merah muda dan biru
Lagu ini sangat populer dikalangan ade2 kecil jadul sampai sekarang.
Pada akhir bait ada syair berbunyi bgini: "meletus balon hijau daarrr"
Sejak kecil dulu aku sdh paham, klo punya 5 balon lalu meletus 1 maka balonku tinggal 4.
Balon meletus berarti balon itu tidak ada lagi dan akibat letusan balon itu jika terkena kulit rasanya cukup nyeri juga.
Sempat aku pikir begini: jadul ketika balonku meletus adalah karena aku ceroboh memperlakukan balon itu. Akibat ulahku yang tidak tepat maka aku harus kehilangan balon. Akibat kecerobohanku harus rela kulit nyeri terkena letusan. Biasanya jika aku perlalukan balon dengan baik, balon tidak meletus dalam waktu yang lama. Kalaupun akhirnya harus kehilangan balon biasanya karena kempes kehabisan angin, bocor dengan sendirinya tanpa menimbulkan letusan dahsyat menyakitkan.
Bagaimana jika gunung meletus?
Aku paham banget, betapa tersiksa dan menderita saudara2 kita penduduk sekitar gunung Merapi yang terkena letusan gunung itu. Semburan magma yg keluar memusnahkan harta benda dan banyak jiwa orang2.
Sama seperti balon, gunung meletus juga karena ulah orang-orang yang ceroboh. Gunung meletus bisa bermaka siksa atau ujian.
Siksa bagi orang2 yang berkelakuan ceroboh, tidak sesuai lagi dengan tuntunan ajaran agama Islam, menyebar kemungkaran dan kerusakan dimuka bumi (ceileee... kayak pidato pak ustadz ya?)
Letusan gunung Merapi juga bisa bermakna ujian bagi orang2 yang beriman.Sudah menjadi ketentuanNya bahwa apabila kemungkaran sudah tersebar luas, orang2 menganggap kemungkaran itu hal lumrah, kemungkaran dianggap sebagai masalah pribadi yang tidak boleh dicampuri orang lain, tidak ada lagi amar makruf nahi mungkar, maka orang2 itu akan mendapatkan bencana dari Allah. Sudah menjadi ketentuanNya pula bahwa orang2 yang tidak melakukan kemungkaran juga akan terkena akibat dari bencana tersebut. Hanya nilai bagi keduanya yang berbeda, sebagai siksa dan sebagai ujian.
Aku pernah baca dalam buku 'Manaqib 50 Wali Agung' bahwa Allah menunda bencana pada suatu kaum karena diantara kaum itu ada orang yang mengajarkan surat Al Fatihah.
Bagaimana gunung Merapi bisa meletus?
Bukan kebetulan atau karena adanya gempa sehingga magma mendesak keluar dengan sendirinya, tapi semua itu ada dzat maha kuasa dan maha adil yang menggerakkan.
Pertanyaan besar kita, perbuatan salah apa yang menyebabkan gunung Merapi meletus?
Apalagi kalau kita telusuri lebih jauh, Yogyakarta selama ini beruntun mendapatkan musibah, mulai dari gempa besar sampai yang terakhir ini Gunung Merapi meletus. Kita berharap Gunung Merapi meletus ini adalah musibah yang terakhir kalinya.
Kalau kita baca sejarah kaum nabi Luth yang dihancurkan Allah karena kaum itu tidak lagi mengindahkan ajakan nabi Luth, mereka asyik dengan homo seksual, lesbian dan prilaku mungkar lainnya. Hingga kini terkenal istilah 'sodomi' dalam dunia seksual adalah berasal dari kata Sodom yakni nama daerah kaum nabi Luth waktu itu. Sedemikian bejat perilaku kaum nabi Luth waktu itu sampai sedemikian terkenaal istilahnya setelah beribu tahun kemudian.
Bencana diturunkan Allah pada suatu kaum selalu dengan sebab berbeda, tapi memiliki satu kesamaan yakni perbuatan munkar. Patut kita introspeksi, kemunkaran apa yang selama ini asyik kita lakukan sehingga Allah menurunkan siksa gunung Merapi meletus?
Tidak mudah menyimpulkan apa yang melatar belakangi bencana ini, bahkan sepertinya tabu untuk mengungkap perilaku munkar dibalik sebuah bencana, dengan alasan tidak etis untuk menyalahkan orang yang ditimpa musibah. Akibatnya kita menjadi sulit untuk mengambil pelajaran dari suatu musibah, sekalipun musibah itu terjadi secara beruntun. Semoga Gunung Merapi meletus ini belum merupakan azab, hanya peringatan agar kita memperbaiki perilaku kita, menghentikan kemungkaran yang rutin kita tebar di muka bumi.
Gunung meletus, ternyata sangat berbeda dengan balon meletus.
Karena balon meletus hanya cukup satu kali, tidak bisa meletus lagi, sedangkan gunung meletus bisa berkali-kali.
Adalah sangat mungkin bahwa musibah akan terus datang pada kita selama kita tidak mau memperbaiki perilaku kita dan menghentikan kemungkaran demi kemungkaran yang asyik kita lakukan, bahkan tidak jarang sudah menjadi hobby.
....
Tulisan ini dibuat atas diskusi semalam atas pertanyaanku pada pa2 bgini:
"Beberapa waktu lalu gunung Merapi kan sudah meletus, kenapa bisa meletus lagi? kan gunungnya sudah habis". Aku pikir gunung meletus itu sama seperti balon, kalau sudah meletus ya sudah habislah balon itu. Ternyata tidak begitu, gunung meletus tetap utuh, hanya magma yang di dalam gunung itu tersembur keluar menimbulkan ledakan dan semburan batu-batu membara (bukan batubara lho ya).
Thanks pa2, n maaf kalau tulisanku ga lengkap seperti penjelasan pa2, hbs catatanku smalem banyak yg ga jelas.
No comments:
Post a Comment