Tuesday, March 29, 2011

Bekal Sukses Itu Bernama "PD"

Pengantar nie: PD pd judul tulisan nie bukan Partai Darurat ato Partai Doraemon lho ya...!

Dear Dieny,
Kita adalah RAJA dari pikiran
kita sendiri.

Oleh sebab itu usahakanlah selalu
berprasangka positif, dan hindari
pikiran negatif.

Sebagai 'raja' yang baik dan bijaksana, 
kita harus mampu untuk slalu memilih
respon positif, meski di tengah
lingkungan paling buruk sekalipun!


Jangan pernah berkata atau merasa
'aku gak layak..'  Bercita-citalah
yang besar... berpikirlah maju!

Kita tidak diciptakan untuk menjadi
kalah, tapi diciptakan untuk
memberikan kemenangan!
:-)

Monday, March 28, 2011

Mang Aldo Tukang Sol Sepatu

Pagi pagi Mang Aldo tukang sol sepatu menjalankan keahliannya untuk mencari nafkah dengan menggayuh sepeda tua sambil bersuara lantang, sol ...sepatu...  sol.....sepatu...
Illustrasi Tukang Sol Sepatu

Wahyu Widodo alias Mang Aldo, begitulah dia dipanggil. Seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol sepatu. Pagi buta  Mang Aldo sudah menggayuh sepeda tuanya meninggalkan anak dan istri yang berharap, nanti sore hari,  Mang Aldo membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk.

Mang Aldo terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perutnya mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukang sol sepatu lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak, nih,” pikir  Mang Aldo. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.

Tuesday, March 8, 2011

Ganti Nama Setelah Masuk Islam

by Dieny Spencer

Tulisan nie skedar uneg2 gue sj.
Awalnya gini, dalam batin gue nanya-nanya, kenapa ya kalau ada orang China, Eropa Amrik dll masuk Islam harus ganti nama pake bahasa arab? Seperti Mike Tyson menjadi Malik Abdul Aziz.
Padahal banyak orang Jawa, Batak, Sunda, Madura dan diberbagai daerah laennya di dunia nie, yg emang sudah Islam sejak lahir, pake nama bukan bahasa arab. seperti: Linda, Yono, Hermanto, Nasution, Batubara, Kabayan, Ucok dan lainnya cari sendiri dah, masih banyak banget tuh.
Sampai-sampai kalau ada orang asal dari China, Eropa atau Amrik masuk Islam selalu ditanya gini: nama Islamnya siapa? Kan ga enak jadinya, se-akan2 orang tuh ga Islam beneran kalau ga ganti nama pake bahasa arab. Padahal dalam Islam ga ada yg mewajibkan pake nama bahasa Arab. bahkan nama ulama besar banyak yg bukan pakai bahasa arab.
Rasanya masyarakat ga adil banget. Islam diidentikkan dengan Arab, padahal sama sekali tidak identik. Memang benar Nabi Muhammad orang Arab, yg memperjuangkan Islam pertama kali orang Arab, yang bela Islam pertama kali orang Arab, tapi juga sebaliknya, orang yg pertama kali memusuhi Islam juga orang Arab, yang ngebet banget mau hancurin Islam pertamakali orang Arab. seperti : Abu Jahal, Abu Lahab dan abu2 yg laennya dah. Itu musuh Islam yg paling getol mau hancurin Islam. Mereka juga orang Arab. Salah banget kalau Islam harus diidentikkan dengan Arab.
Ada positif negatifnya orang ganti nama. Tapi terlepas dari itu smua, yang jelas pemilik nama yg harus diganti, harus menyesuaikan dengan nama barunya yang tentu saja akan terasa asing bagi dia sendiri. Misalnya saja, nama gue Dieny Spencer, karena bukan bahasa Arab harus diganti menjadi Iftitah El Rohmah, maka tentu saja pada awal2x gue ga bakalan noleh ketika temen2 panggil gue Iftitah ato Rahmah. Belom lagi masalah Ijazah, akte kelahiran dan berbagai hal terkait nama gue, tentu harus diganti semua tuh. Ribet abiz tentu saja.
Apalagi kalau kita baca2 anggapan ummat non muslim yang senantiasa beranggapan Islam adalah Arab dan Arab adalah Islam. Pandangan tuh pula yg sering membuat orang barat 'ngeri' untuk mengenal Islam lebih jauh.
Kita tentu paham bahwa lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Lain daerah lain pula adat istiadatnya. Tentu menjadi sangat ngeri apabila orang non muslim membayangkan bahwa kalau masuk Islam harus beradat istiadat Arab, harus seperti orang Arab.Naaaahhh.... looooo...... Gue sendiri (walaupun gue dah muslimah sejak baru nongol ke dunia ini) juga ga bakalan mau kalau harus ikut adat-istiadat orang arab, gue khan orang Indonesia.
Sunan Wali Songo sendiri ketika melakukan penyebaran Islam di Jawa justru menyesuaikan dengan kebiasaan masyarakat Jawa. Sampai2 sang Sunan yang semula bernama pakai bahasa Arab, membuat nama baru sebagai panggilan untuk dirinya dengan nama yang agak lokal gitu. Contohnya Sunan Kali Jogo itu kan julukan, padahal namanya sendiri pake bahasa Arab (maaf gue lupa nama asli sunan Kali Jogo, tolong cari sendiri ya! qiqiqiqiiiii).

Pergantian nama juga terkesan kurang menghargai budaya asli orang yang bersangkutan, padahal Islam kan bisa masuk ke semua budaya karena sifatnya yang universal (ssseeeeettttt....alinea nie gue dpt masukan dr bos gue....). Pola syiar Islam sekarang sangat jauh berbeda dengan pola penyebaran Islam zaman Wali Songo dulu. Pantas saja Wali Songo sukses besar dalam syiar Islamnya, disamping karena bertolak dari niat ikhlas lillahi ta'ala juga bisa menyesuaikan diri dengan budaya lokal.
Gue juga pernah baca, bagaimana wali songo dulu memberantas 'larung sesaji' yang ala animisme itu...
Konon larung sesaji pada masyarakat pantai awalnya dengan mengorbankan seorang perawan suci dan perjaka suci, dipancung kepalanya untuk dipersembahkan pada dewa. Kejem banget ya! Wali Songo bukan lantas datang marah-marah atau mengharamkan larung sesaji, tp dengan cara halus banget, mengganti kepala perawan dan perjaka ntuh dengan kepala kerbau. Larung sesajinya tetep saja lanjut terus, cuma isinya disesuaikan. Diajari pake bismillah, doa-doa dan laen-laennya dah yang Islami, tapi namanya tetep saja larung sesaji, ga pake diganti nama bahasa Arab segala.

Begitu juga dalam masalah nama-nama orang, ga perlu mengganti dengan nama arab, cuma nambahi saja dikit. Misalnya nie, kalau bayi lahir di Jawa, orang tuanya kasih nama Paijo maka cukup menambah di depan, menjadi Muhammad Paijo. Kan lebih keren tapi tidak meninggalkan budaya lokal. Tidak ada kekagetan dan keasingan (tp da catatan nie, gue ga mau kalau nama gue harus ditambah menjadi Siti Dieny Spencer)
Sekarang nie beda banget, maunya  digunakan yg arab-arab semua, arab mania dah, sampe ada yang bilang "lebih arab dari pada orang arab sendiri". Emang bener sih bahasa arab (maksudnya yang bahasa Al Qur'an itu) terkesan lebih Islami, begitu orang denger namanya langsung tahu klo dia Islam. Tapi jelas ada kerugian besar juga tuh...!!! Orang yang baru masuk Islam merasa dipaksa ngikuti budaya arab. Jelaaaasss akan sangat kesulitan dan merasa tidak nyaman.
Sementara orang yang baru masuk Islam harus ganti nama pake bahasa Arab, sedangkan orang yang dah jelas Islam dari kakek moyangnya tetap saja kasih nama anaknya pake bahasa Jawa atau bahasa lain yg dianggap baik menurut seleranya. Hayoo... adil ga?
Kalau kita mau telusuri lebih jauh, kebiasaan orang kasih nama anak itu seringkali terkait dengan sejarah hidup atau kondisi sekitar orang tu sendiri. Misalnya nie anak yang lahir sulung diberi nama Eka, yang kedua Dwi dan yang bungsu diberi nama Ragil. Ya kan? Nama itu sama saja artinya dengan nama Wahid, Isnaini dan.... (kalau bungsu bhs Arabnya paan ya?)
Menurut gue mending semua tetep menggunakan nama aslinya, siapapun itu. Baik nama China, Eropa, Amrik atau Afrika juga, asal nama itu mencerminkan budaya asal orang tersebut dan tidak mencerminkan ketuhanan pada agama asalnya.

Kondisi terakhir nie, ummat Islam sekarang ini bukan lagi memperjuangkan Islamnya, melainkan memperjuangkan budaya Arab. Ironis banget kan? Jelas pekerjaan sia-sia apabila kita hanya memperjuangkan budaya Arab agar bisa diterima di Indonesia, di  Eropa, di Amrik dan negara lain di dunia ini. Islam adalah "rahmatan lil 'alamin" tapi budaya arab hanya untuk orang Arab sendiri.
Tanpa bermaksud merendahkan perjuangan ummat Islam, kenyataannya ummat Islam di  Eropa melancarkan protes keras karena ada larangan memakai burqa (cadar) bagi muslimah di sana. Padahal kita semua tahu bahwa burqa (cadar) itu bukan ajaran Islam. Islam jelas-jelas memperbolehkan anggota badan yang bukan aurat untuk bisa terlihat orang lain, sedangkan wajah, telapak tangan dan telapak kaki wanita bukan aurat.

Perjuangan ummat Islam, khususnya di  Eropa dan Amrik sekarang, lebih terfokus pada usaha memasukkan budaya arab ke daerah itu. Benar-benar konyol banget itu. Wajar apabila ummat Islam akan terasing, karena tidak mampu masuk ke dalam budaya masyarakat setempat. Coba ummat Islam tetap menggunakan strategi Wali Songo, yakin dah... Islam di seluruh dunia akan semakin berjaya, dan tidak akan ada penolakan dari ummat agama lain.
-----Dan satu lagi... ummat Islam ga perlu dech ikut-ikutan rebutan kekuasaan. Politik itu tai kucing, tau ga?
(sdh dech.... tamat sampe di sini..... idenya dah habiz)

The End